Glitter Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 17 Desember 2010

Gang Melati

Gang itu,,
harusnya aku takut melewatinya
karena di pertengahan gang tersebut ada makam
namun rasa takut itu tak pernah hinggapi diriku
karena ada bunga yang aku sukai di pangkal gang
aku menamainya Gang Melati
ya di pangkal gang ada bunga melati yang tumbuh subur
Harum melati yang semerbak dijalan itu membuatku tenang,,senang dan damai
saat melewati gang ini
sedih ku berganti dengan senyum
resah ku berganti dengan ketenangan

gang itu bertaburan bunga melati 
yang gugur disapa angin dan hujan


Bunga melati...
Imut, mungil, sederhana dan bersahaja
tak malu dengan keanggunan sang anggrek dan tak tunduk pada keindahan mawar
karena melati punya pesonanya sendiri


aku terlalu suka pada melati
pesonanya telah memikatku
suatu saat nanti 
kan ku tanam dan ku rawat kau di istanaku

Tapi kini gang itu tak lagi bisa ku sebut gang melati
Karena kini melati itu tlah tiada
dia dipangkas demi kepentingan pemiliknya

Huhff....
tak ada lagi gang melati ku kini
tak ada lagi gang yang bertaburan melati
sungguh ku akan merindukanmu....

Rabu, 15 Desember 2010

Pertemuan mungkin akan berakhir

Banyak persepsi orang-orang mengenai “perpisahan”. Ada yang menanggap perpisahan itu adalah suatu hal yang sedih dan yang harus ditangisi. Tapi ada juga orang yang menganggap perpisahan itu hanyalah sementara.


Aku sendiri bingung memaknainya,,Hari ini hari terakhir rekan kerja ku,,
Rekan kerja yang senantiasa berkeluh kesah dan ber-stres- ria bersamaku kini akan meninggalkan ku disini.
Partner in crime ku memutuskan untuk lebih fokus dalam menjalankan pendidikan S2 nya.


Bohong kalau ku bilang aku tak sedih,,tapi ini yang terbaik baginya. Inilah yang dia pilih kini, 


Aku mendukungmu kawan...
walau perpisahan ini berat bagi ku
aku tetap mendukungmu..
karna ku percaya Allah lah yang kelak akan mempersatukan kita lagi...






Aku sepenuhnya mendoakanmu
agar kau dapat menggapai mimpimu


Pertemuan kita di suatu hari
Menitikkan ukhuwah yang sejati
Bersyukurku kehadap Illahi
Di atas jalinan yang suci

Namun kini perpisahan yang terjadi
Dugaan yang menimpa diri
Bersabarlah diatas suratan
Kutetap pergi jua

Kan kuutuskan salam ingatanku
Dalam doa kudusku sepanjang waktu
Ya Alloh bantulah hamba-Mu

Mencari hidayah dari pada-Mu
Dalam mendidikan kesabaranku
Ya Alloh tabahkan hati hamba-Mu
Diatas perpisahan ini


Teman betapa pilunya hatiku
Menghadapi perpisahan ini
Pahit manis perjuangan
Telah kita rasa bersama
Semoga Allah meredhoi kau
Persahabatan dan perpisahan ini
Teruskan perjuangan

Kan kuutuskan salam ingatanku
Dalam doa kudusku sepanjang waktu
Ya Alloh bantulah hamba-Mu

Senyuman yang tersirat di bibirmu
Menjadi ingatan setiap waktu
Tanda kemesraan bersimpul padu
Kenangku di dalam doamu
Semoga... Tuhan berkatimu



Brothers,
Doa Perpisahan


Kawan slamat jalan
Semoga kau senantiasa istiqomah di jalan ini.


salam hangat dari
sahabat mu yang childist

Jumat, 10 Desember 2010

Sikapku Si Plegmatis....

          Setelah 3 hari tidak masuk kerja, akhirnya di hari keempat kuputuskan untuk masuk dengan kondisi yang sebenarnya tidak bisa dikatakan sehat. Dokter lagi-lagi memvonis Tipes ku kambuh dan harus bedrest. sudah bosan ku mendengar hal-hal ini, sakit juga sudah bukan hal yang menakutkan lagi bagiku. Dari kecil aku sudah seringkali makan bermacam-macam obat....Dokter pun sangat mengenalku.

           Memang dasar aku termasuk orang plegmatis yang cinta damai(PD gila....) dan malas membuat keributan dengan Bos yang begitu adanya.. Beberapa bulan lalu pernah juga aku tidak masuk selama 2 hari, itupun di hari ke 2 dia terus saja menghubungi ku dan meminta(baca:memaksa) ku untuk masuk kerja setengah hari saja. Dalam keadaan yang memang masih lemah, terang saja ku tolak permintaannya. Toh tubuh ku punya hak untuk beristirahat disaat seperti itu. Ya... kembali ke semula. Ku paksakan tubuhku untuk bertahan dan masuk kantor, tiba-taba saja ku bertanya pada atasanku. "Pak seandainya saya sakit dan diharuskan bedrest bagaimana Pak?"
jawabannya sudah ku duga sebelumnya, dengan alasan pekerjaan yang sedang menumpuk dia berat untuk mengizinkan ku bedrest.  Aku hanya tersenyum simpul mendengarkan alasannya yang panjang. 

        Jadilah dihari aku masuk kantor ku sugesti diriku untuk sehat atau minimal terlihat baik-baik saja didepan rekan-rekan kerja ku. Saat ada yang tanya, "Mba, kemaren sakit apa?", ku jawab dengan jawaban yang tak selesai, "biasa Mba, hanya demam tinggi"....

       Subhanallah dan Alhamdulillah....
Tipesku yang biasanya meradang di malam hari tak kambuh malam ini. Padahal seharian aku angin-anginan dan pulang malam, otomatis kena angin malam juga. Sungguh ini nikmat dari Allah....

        Hari selanjutnya aku pun masih tetap bekerja,,dengan kondisi yang masih lemah n sering pusing....



sekarang ku tahu orang seperti apa atasanku....
hanya bisa berdoa...
Smoga dia bisa jd pemimpin yang lebih baik lagi...
Tak hanya sekedar mendengar tapi juga bertidak bijak...
Tak hanya minta dimengerti tapi juga mau mengerti...
Tak hanya memberi printah tapi juga memberi contoh...
Karna bawahannya bukan ROBOT yang tak punya Hati...


Sabtu, 04 Desember 2010

Ku tulis apa yang kurasakan

Mencoba mengulang kembali hal-hal yang pernah kulakukan
Saat semua kenangan ku ukir melalui tulisan
tangisan, derai tawa, luka dan bahagia
tersimpan rapi melalui kata-kata....

Rabu, 24 November 2010

Sumayyah binti Khubbath: Wanita Beriman Pertama yang Gugur Syahid

Kisah perjuangan Sumayyah sungguh indah dan menawan untuk didengar. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan cobaan; mulai dari ujian terkecil hingga yang besar. Sumayyah merampungkan ujian dalam kehidupannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan. Dia terdaftar dalam urutan para syuhada yang akan menerima hadiah surga dari Allah dan hidup di sisi-Nya serta diberi rezeki melimpah.

Diceritakan bahwa ketika Islam mulai muncul ke permukaan, Sumayyah yang juga istri seorang syahid bernama Yasir dan ibu seorang syahid bernama Ammar itu segera menyambutnya, sehingga dia termasuk salah satu wanita beriman pada fase pertama kemunculan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang memberikan perlawanan kepada kaum musyrikin demi membela panji Islam. Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.”

Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang mula-mula membela Islam ada tujuh orang; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, Ammar, dan Sumayyah.”

Di dalam bukunya, Nisaa` min ‘Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan.
... Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya...
Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Lecutan cemeti telah menghancurkan tubuh-tubuh mereka. Akan tetapi, keimanan yang kokoh kepada Allah laksana gunung karang yang tidak terpengaruh gelombang dahsyat ataupun angin yang hebat.

Dikisahkan bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada Sumayyah.

Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga. Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah.
...Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya...
Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi mereka, Ibnu Katsir menceritakan, dia menukil dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya (Sumayyah) berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.”

Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulukllah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” (HR. Al-Hakim)

Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke arah kemaluannya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama.
... Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya...
Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh bercokol di dalam hati mereka.

Semoga Allah meridhai Sumayyah, anaknya, dan suaminya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagai yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” [ganna pryadha/voa-islam.com]